Malam ini tadi, ada satu kejadian yang membuat saya sulit tidur sebelum menuliskannya di blog ini. Ehehe. Saya ditelepon oleh seseorang berkode area Jakarta 021 yang mengatakan bahwa dirinya (kalau tidak salah) dari bagian monitoring kartu debet Bank Mandiri. Dia mencoba menginformasikan kepada saya bahwa kartu debet Mandiri Gold atas nama saya telah dicoba (dan gagal) digunakan sebanyak sepuluh kali untuk sebuah transaksi online. Setelah itu, dia mengkonfirmasikan untuk memblokir kartu tersebut.
Nah, kaget kan? Wong saya hari ini ndak transaksi via kartu sekalipun. Wong saya biasa pakai semacam klikpay, kartu kredit, Paypal, atau transfer tunai untuk transaksi online. Wong kartu debet Mandiri tidak dapat digunakan untuk transaksi online biasa, melainkan harus ke situs yang verified by visa. Dan, wong saya nggak punya duit! 😀
Awalnya, saya berprasangka bahwa ini adalah modus penipuan baru, mengingat sebelumnya juga ada beberapa orang telepon awu-awu ke saya. Saya pun mencoba untuk tidak membagikan data diri saya, apapun. Nah, masalahnya, kekagetan saya bertambah ketika ternyata si penelepon ternyata tahu nama dan alamat lengkap saya. Di satu sisi, saya menjadi sedikit percaya bahwa dia memang karyawan Mandiri. Di sisi lain, saya malah semakin khawatir kalau ternyata ada pihak yang sampai tahu data diri saya sedemikian lengkapnya.
Setelah beberapa menit pembicaraan, si penelepon menyebutkan nomor kartu debet yang dimaksud. Saya langsung cek ke kartu yang ada di dompet dan ternyata nomor kartunya tidak sama. Nah, masalah semakin menjadi. Setelah saya coba ingat, saya rasa nomor yang disebutkan si penelepon adalah nomor kartu Mandiri saya sebelumnya yang sudah rusak dan sudah saya tukarkan dengan kartu yang sekarang aktif saya gunakan. Pertanyaan berikutnya muncul: kalaupun si penelepon memang dari Bank Mandiri, mengapa masih ada kejadian seperti ini, bukankah seharusnya kartu saya sudah dirusak di kantor cabang dulu, dan bukankah seharusnya semua transaksi yang dilakukan oleh kartu itu otomatis ditolak? Lha kok ini saya malah menerima kabar seperti ini? Dan lagi, kalaupun ini benar, memang ini adalah suatu upaya perlindungan nasabah, tapi apakah nasabah bisa percaya begitu saja?
Akhirnya, saya putuskan untuk mempersilakan si penelepon untuk memblokir kartu ATM yang dimaksud. Setidaknya, saya tidak dirugikan apapun kan? Dan telepon pun diakhiri dengan ucapan terima kasih dan maaf dari saya karena sempat marah, meskipun sampai akhir pun saya belum tau kebenaran berita dari si penelepon.
Selama ini, saya sudah merasa cukup menjaga berbagai data personal dalam bentuk apapun. Nama, tanggal lahir, alamat, terlebih nomor kartu. Pelajaran pertama adalah berhati-hatilah dalam berbagi informasi kepada pihak manapun. Dalam hal ini, ketika kita hidup online. Berhati-hatilah juga terhadap website tanpa https, sadari bahwa seluruh data Anda dapat “dikuping” setiap saat.
Pelajaran kedua, yang perlu diingat, jangan pernah berikan informasi mengenai diri Anda kepada siapapun yang menghubungi Anda, kecuali memang mereka benar-benar valid. Dalam telepon yang saya ceritakan ini, saya tidak menyebutkan sedikitpun nama, alamat, nomor rekening, dan nomor kartu milik saya. Sebaliknya, justru mereka yang menyebutkan untuk saya.
Waspada adalah suatu keharusan, kawan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah.