Pendapat personal, bukan bermaksud mempengaruhi pembaca sekalian, tapi alangkah bersyukurnya saya ketika tulisan saya ini ‘membuka hati’ Anda. Tulisan ini tidak begitu panjang. Ada baiknya Anda membaca sampai tuntas, karena inti tulisan ini justru ada di akhir tulisan dengan penjelasan ringkas di bagian lainnya. Bismillah..
Linux dan Windows keduanya sama-sama sistem operasi, sama-sama dibangun dari source code, sama-sama buatan manusia, hanya beda ‘manusia’-nya. Kalau Windows dibangun oleh Bill Gates dkk. dan kini dikembangkan oleh Microsoft-nya, Linux pertama kali dibangun oleh Linus Torvalds yang sampai kini diteruskan oleh komunitas di seluruh dunia.
Windows adalah proprietary software, artinya, Anda, setelah memiliki -dimana seharusnya Anda membeli secara legal-, Anda tidak berhak untuk mengetahui kode sumber, memodifikasi (sedikitpun!) perangkat lunak tersebut, apalagi mendistribusikannya tanpa lisensi yang legal.
Linux adalah open source software, artinya Anda setiap saat berhak untuk melihat, memodifikasi, dan menyebarluaskan perangkat lunak ini kepada siapapun, berapapun jumlahnya, tanpa Anda disebut sebagai pembajak software.
Saya tidak akan membahas panjang lebar lebih lanjut mengenai lisensi perangkat lunak, Insyaallah di lain kesempatan akan saya sampaikan macam-macam dan perbedaan masing-masing lisensi yang ada agar kawan-kawan lebih paham mengerti hak cipta dan lisensi perangkat lunak, sehingga tidak dengan sak penake menggunakan perangkat lunak dengan cara yang tidak sah. Satu hal yang ingin saya tekankan adalah tentang open source.
Perangkat lunak yang kita gunakan, misal: sistem operasi Windows; internet browser Firefox, Chrome, dsb yang Anda gunakan untuk membaca tulisan ini; aplikasi perkantoran semacam LibreOffice dan Ms. Office; semuanya dibangun dari kode sumber atau source code. Nah, bagi kawan-kawan yang bukan software developer, mungkin akan sulit membayangkan seperti apa source code itu. Sebagai contoh, blog saya ini dikelola dengan WordPress (yang juga merupakan produk open source). Anda dapat melihat sepenggal potongan kode sumber WordPress disini. Tentunya, ada ribuan baris lainnya yang digunakan untuk menampilkan halaman ini. Jadi, jangan dikira untuk membuat suatu perangkat lunak, para software developer tinggal klik. 😀
Nah, saya asumsikan Anda sedikit banyak mengerti tentang source code. Seperti yang saya katakan, Linux adalah open source software. Kode sumber dari kernel-nya, atau ‘inti’ Linux-nya, dapat diakses disini. Nah, sekarang, saatnya kita mengetahui pentingnya keterbukaan kode sumber ini. Bagi saya, dengan memiliki kode sumber yang open, saya jadi merasa terjamin. Lho, kan justru kalau pake Windows (yang legal) kita justru akan mendapatkan jaminan layanan dari Microsoft, malah tidak halnya dengan Linux? Bukan itu yang saya maksud. Jaminan teknis Windows memang dapat sewaktu-waktu Anda tagih dari Microsoft. Kalau Linux, jaminan teknisnya adalah dari support community, dari sesama pengguna dan pengembang.
Jaminan yang saya maksud adalah rasa aman. Saya tidak merasa aman ketika menggunakan produk proprietary, sebesar apapun vendor-nya: Microsoft, Google, Facebook, dan sebagainya. Oleh karenanya, saya merasa harus ekstra hati-hati dalam membagi informasi ketika menggunakan produk-produk mereka. Mengapa demikian?
Coba saya jelaskan lebih lanjut. Analoginya begini. Misal, Anda beli masakan di restoran. Pernahkah Anda memikirkan apa bahan dan bumbu masakan itu? Apakah semuanya halal, sehat, tidak kadaluarsa? Tentunya, Anda akan semakin merasa aman untuk mengkonsumsi masakan restoran itu ketika Anda tau pasti mengenai kehalalan dan kesehatan dari bahan dan bumbu masakannya, serta bagaimana mereka memasaknya. Inilah yang akan membuat Anda merasa aman untuk mengkonsumsinya. Benar kan?
Nah, saya rasa Anda mulai paham maksud saya. Saya tidak merasa begitu aman ketika menggunakan perangkat lunak yang tidak bersumber terbuka (closed source). Saya tidak tahu kode apa yang mereka sisipkan di dalamnya, saya tidak tahu data pribadi apa yang mereka ambil untuk keperluan yang mereka katakan sebagai survey atau riset, saya juga tidak tahu apakah mereka bisa dengan leluasa melihat data yang saya miliki dan saya kirimkan, serta berbagai ketidak-tahuan lainnya. Berbeda dengan perangkat lunak open source, meskipun saya tidak benar-benar melihat seluruh kode sumber dari semua perangkat lunak yang saya gunakan, tapi saya percaya bahwa di luar sana ada ribuan-bahkan jutaan- komunitas developer dan pengguna perangkat lunak open source yang selalu melaporkan bug, celah keamanan, dan berbagai permasalahan software lainnya. Dari sini, hampir dapat dipastikan, open source software dapat dipercaya untuk tidak akan menyisipkan kode jahat dan mencuri data saya.
Bukannya saya ber-suudzon terhadap perangkat lunak proprietary, tapi saya akan merasa lebih aman dan nyaman ketika dapat mengetahui bahan dan bumbu perangkat lunak tersebut setiap saat.
Semoga tulisan ini mencerahkan. Mari beralih ke open source software.